Ditulis oleh Nurzhafarina Sajidah
(203135172792032) NFT – A
Menurut
Sri (2010), malnutrisi adalah keadaan kurang atau kelebihan gizi baik secara
relative maupun absolut, atau ketidakseimbangan gizi yang diterima. Malnutrisi
terbagi menjadi dua yaitu undernutrition (kekurangan gizi) dan overnutrition
(kelebihan gizi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan
tubuh dan asupan gizi zat essensial (www.susukolostrum.com). Malnutrition
karena undernutrition (kekurangan gizi) disebut dengan gizi buruk. Gizi buruk
adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit dalam waktu yang lama.
Jenis gizi buruk ada tiga, yaitu kwarshiorkor, marasmus, dan marasmus-kwarshiorkor.
Kwashiorkor merupakan jenis gizi buruk karena kekurangan protein sedangkan
marasmus kekurangan karbohidrat. Sedangkan marasmus-kwashiokor terjadi karena
kekurangan protein dan karbohidrat. Gizi buruk biasanya terjadi pada anak usia
di bawah lima tahun (litbang.patikab.go.id, 2012). Anak usia di bawah lima
tahun (balita) merupakan kelompok yang banyak menderita gizi buruk. Banyak
faktor yang menyebabkan seorang anak kurang gizi, yaitu mulai dari kurang
asupan gizi, penyakit infeksi, pengasuhan kurang memadai, kurang tersedia
pangan di tingkat rumah tangga hygiene sanitasi, kurang pengetahuan hingga
faktor kemiskinan dan masalah sosial politik (Amelia, 2011).
Untuk menilai status kecukupan gizi pada balita,
kita dapat menggunakan beberapa indikator yaitu klasifikasi status gizi
berdasarkan indikator berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan gabungan indikator
TB/U dan BB/TB (Riskesdas, 2010). Standar baku yang menjadi acuan adalah
standar baku World Health Organization-National Centre for Health Statistic
(WHO-NCHS). Jadi, untuk menghitung status gizi balita diperlukan tabel baku rujukan
WHO-NCHS (litbang.patikab.go.id, 2012).
Untuk menghitung status gizi berdasarkan Z-Skor sebagai
berikut
Untuk menilai status gizi anak 6-18 tahun
menggunakan indikator TB/U dan IMT/U, sedangkan untuk orang dewasa yaitu >18
tahun hanya menggunakan indikator IMT (indeks massa tubuh) (Riskesdas, 2010).
Berikut
merupakan tabel perbandingan prevalensi gizi buruk di atas nasional data
Riskesdas 2007 dan 2010 (Amelia, 2011).
Berdasarkan
tabel 1, data Riskesdas 2007 menunjukkan sebanyak 21 provinsi memiliki angka
prevalensi gizi buruk di atas nasional. Sedangkan data Riskesdas 2010 menunjukkan
sebanyak 17 provinsi memiliki angka prevalensi gizi buruk di atas nasional.
Pada data Riskesdas 2010, terdapat beberapa provinsi baru muncul yang mempunyai
prevalensi gizi buruk di atas nasional, yaitu Papua (naik 2,8% dari 5,4%), Jawa
Tengah (naik 1,7% dari 4,7%), Maluku Utara (naik 2,6% dari 3,8%), Jawa Timur
(naik dari 6,6%) dan Sulawesi Tenggara (naik 0,8% dari 5,4%).
Dari
tabel 1 juga terlihat beberapa provinsi mengalami penurunan prevalensi gizi
buruk pada Riskesdas 2010. Selama 3 tahun, provinsi DKI Jakarta dan Gorontalo
mengalami penurunan prevalensi gizi buruk sebesar 4,2%. Sedangkan provinsi
Sumatera Barat mengalami penurunan sebesar 3,6% dan Sumatera Utara 3,5%. Disini
juga terlihat bahwa provinsi yang dikenal berpendatan tinggi, seperti DKI
Jakarta, Riau dan Kalimantan Timur ternyata memiliki prevalensi gizi buruk di
atas nasional pada Riskesdas 2007. Namun, khusus untuk provinsi Riau masih
memiliki prevalensi gizi buruk meskipun turun sebanyak 3%. Pada Riskesdas 2010.
Dari data tersebut kita dapat mengetahui bahwa gizi buruk tidak hanya
disebabkan oleh faktor kemiskinan, karena faktanya provinsi yang dikenal
tergolong tinggi memiliki prevalensi gizi buruk yang tinggi.
REFERENSI:
Adiningsih, Sri. (2010). Waspadai Gizi Balita Anda. Gramedia:
Jakarta
Anonim. (tanpa tahun). Malnutrisi. [Diakses dari http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/gangguan-nutrisi-dan-metabolisme/malnutrisi.html
pada 16 September 2014]
Anonim. (2012). Mendeteksi
Gizi Buruk Pada Balita. [Diakses dari http://litbang.patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=138:mendeteksi-gizi-buruk-pada-balita-detecting-malnutrition-in-toddlers&catid=154:mendeteksi-gizi-buruk-pada-balita-detecting-malnutrition-in-toddlers&Itemid=109 pada 16 September 2014]
Amelia. (2011). Kajian Penanganan Gizi Buruk Dan Prospeknya. [Diakses dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/3106/3072
pada
16 September 2014]
Departemen Kesehatan RI. (2010). Tabel Riskesdas 2010. Badan Litbangkes
Kemenkes RI Tahun 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar