Minggu, 12 Juni 2016

Hubungan Lingkar Perut Penderita Obesitas Dengan Penyakit Kardiovaskular


Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah (Tim Olivista, 2013). Penyakit ini mempunyai tiga bentuk yaitu penyakit jantung koroner, serebrovaskular, dan vaskular perifer. Penyakit jantung koroner adalah penyakit pembuluh darah yang menyuplai jantung.  Sedangkan penyakit serebrovaskular adalah penyakit pembuluh darah yang menyuplai otak, dan  penyakit vaskular perifer adalah penyakit pembuluh darah yang menyuplai tangan dan kaki (Pangkalan Ide, 2010 : 1-2).
Menurut data Riskesdas (2007), penyakit jantung koroner (pjk) pada tahun 2007 menempati tingkat prevalensi 7,2% di Indonesia. Meskipun angka prevalensi penyakit ini tidak tinggi, namun masih dianggap sebagai penyumbang angka kematian di Indonesia. Sedangkan menurut WHO, pada tahun 2003 angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 29,2% dari seluruh kematian di dunia atau 16,7 juta jiwa setiap tahun (7,2 juta PJK, 5,5 juta penyakit serebrovaskuler, dan 4 juta hipertensi dan penyakit jantung lainnya) (Hariadi, 2005).
Fadma Yulianti, dkk di RSUP.Dr.M Djamil Padang dan RS. Khusus Jantung Sumbar tahun 2013 pada penelitiannya melaporkan bahwa proporsi pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan sebab obesitas lebih banyak (62,5%) dibandingkan dengan yang tidak obesitas (44,2%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian PJK pada penderita diabetes melitus tipe dua yang disebabkan oleh obesitas. Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa untuk kategori jenis kelamin, proporsi DM tipe 2 dengan resiko PJK lebih banyak adalah pada laki- laki (67,9%) dibandingkan perempuan (33,7%). Pada dasarnya, laki-laki dua kali lebih beresiko dibandingkan perempuan dan terjadi hampir 10 tahun lebih awal dibandingkan perempuan. Hal ini karena perempuan memiliki hormone estrogen endogen yang bersifat protektif pada wanita. Namun, pada saat monopouse peluang terjadinya PJK pada wanita lebih besar dibandingkan laki-laki.
Alasan obesitas dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena terkait dengan sindrom metabolik yang terdiri dari sindron resistansi insulin, dislipidemia, diabetes melitus, gangguan fibrinolisi, hipertensi, hiperurisemia, dan hiperfibrogenia. Selain itu, obesitas juga dipengaruhi oleh tekanan darah, kadar kolesterol darah, dan juga penyakit diabetes melitus.
Pada dasarnya kolesterol terbagi menjadi dua jenis, yaitu HDL (kolesterol baik) dan LDL (kolesterol jahat). HDL berfungsi membawa LDL dari arteri dan kembali ke hati dan juga berfungsi melindungi tubuh dari serangan jantung. Kadar normalnya adalah 40 mg/dL dan tidak boleh melebihi 60 mg/dL (Anonim, 2013). Dalam tubuh, HDL harus ditingkatkan supaya tubuh terlindungi dari penyakit jantung terutama untuk penderita obesitas karena penderita obesitas biasnya memiliki kadar HDL rendah. Apabila kadar HDL rendah maka dapat menyebabkan penyempian dan pengerasan pembuluh darah (Patient Edication, 2008). Sehingga apabila kadar HDL dalam tubuh rendah, itu berarti resiko terkena penyakit kardiovaskular semakin besar, seperti penyakit jantung coroner, stroke, dls.
Untuk mengukur rendah tidaknya kadar HDL seseorang, kita bisa menggunakan pengukuran lingkar perut. Ukuran lingkar perut dapat menunjukkan jumlah lemak dalam tubuh. Tubuh yang mempunyai kelebihan lemak menjadi salah satu factor yang berhubungan dengan mortalitas premature, diabetes tipe dua, dan penyakit kardiovaskular. Penderita obesitas biasanya memiliki ukuran lingkat perut yang lebih besar dibandingkan orang normal karena mempunyai lemak yang berlebih dalam tubuhnya. 

Bagaimana Hubungan Antara Lingkar Perut Dengan Kadar HDL?

HDL dibentuk di dalam eritrosit yang menyintesis apoA-I dan hepatosit yang menyintesis apoA-I dan apoA-II . apoA-I dan apoA-II disekresikan dalam bentuk yang kekurangan lipid dan kemudian mengambil tambahan posfolipid kolesterol bebas melalui jalur ABCA1 membentuk HDL muda. HDL muda membutuhkan lebih banyak lipid dari jaringan perifer dan membentuk lipoprotein dan LCAT menghasilkan ester kolesterol membentuk HDL matang. Lalu HDL tersebut akan membawa LDL ke hati untuk dieliminasi.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rabiul Priyantono, dkk terhadap 42 sampel di Pontianak menunjukkan bahwa kadar HDL berbanding terbalik dengan lingkar perut. Kadar HDL normal adalah 40 mg/dL dan tidak boleh melebihi 60 mg/dL. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil sebanyak 22 orang memiliki lingkar perut beresiko ≥ 90 cm (52,4%) dengan 13 orang memiliki kadar HDL rendah (32,27 mg/dL). Sedangkan, 20 orang memiliki lingkar perut tidak beresiko < 90 cm  (47,6%) dengan rata-rata lingkar perut 42,35 mg/dL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran lingkar perut maka semakin beresiko mempunyai kadar HDL yang rendah. Ukuran lingkar perut yang besar menunjukkan banyaknya lemak yang ada pada tubuh dan itu biasanya pada penderita obesitas dan diabetes melitus tipe dua. Kadar HDL yang rendah ini menyebabkan dinding pembuluh koroner menebal, penyempitan dan pengerasan pembuluh darah sehingga terjadilah penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung coroner (PJK) dan stroke. 

Referensi        :
Anonim. (2013). HDL Kolesterol. Retrivied from: http://revolsirait.com/hdl-kolesterol/ [Accessed on September, 09 2014]

Hariadi, dan Arsad Rahim Ali. (2005). Jurnal: Hubungan Obesitas Dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005. 

Pangkalan Ide. (2010). Agar Jantung Sehat. Jakarta: Gramedia.

Patient Education. (2008). Mengenal Kolestrol dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Retrivied from: http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news_print.asp?IDNews=1030 [Accessed on September, 09 2014]

Priantono, Rabiul dkk. (2013). Jurnal: Hubungan Antara Lingkar Perut dan Kadar High Density Lipoprotein (HDL) Menggunakan Metode Presipitasi Pada Pegawai Pria Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Di Kota Pontianak Tahun 2013. Retrivied from: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111629&val=2307 [Accessed on September 09, 09 2014]

Riskesdas. (2007). Riskesdas Laporan Nasional. Retrivied from: https://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf [Accessed on September, 08 2014]

Yuliani, Fadma dkk. (2014). Jurnal Kesehatan Andalas: Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Dua. Retrivied from: http://www.academia.edu/6883934/Hubungan_Berbagai_Faktor_Risiko_Terhadap_Kejadian_Penyakit_Jantung_Koroner_Pada_Penderita_Diabetes_Melitus_Tipe_2 [Accessed on September, 08 2014]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar