Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan
pada jantung dan pembuluh darah (Tim Olivista, 2013). Penyakit ini mempunyai
tiga bentuk yaitu penyakit jantung koroner, serebrovaskular, dan vaskular
perifer. Penyakit jantung koroner adalah penyakit pembuluh darah yang menyuplai
jantung. Sedangkan penyakit serebrovaskular
adalah penyakit pembuluh darah yang menyuplai otak, dan penyakit vaskular perifer adalah penyakit
pembuluh darah yang menyuplai tangan dan kaki (Pangkalan Ide, 2010 : 1-2).
Menurut data Riskesdas (2007), penyakit jantung
koroner (pjk) pada tahun 2007 menempati tingkat prevalensi 7,2% di Indonesia.
Meskipun angka prevalensi penyakit ini tidak tinggi, namun masih dianggap
sebagai penyumbang angka kematian di Indonesia. Sedangkan
menurut WHO, pada tahun 2003 angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler
sebesar 29,2% dari seluruh kematian di dunia atau 16,7 juta jiwa setiap tahun
(7,2 juta PJK, 5,5 juta penyakit serebrovaskuler, dan 4 juta hipertensi dan
penyakit jantung lainnya) (Hariadi, 2005).
Fadma Yulianti,
dkk di RSUP.Dr.M Djamil Padang dan RS. Khusus Jantung Sumbar tahun 2013 pada
penelitiannya melaporkan bahwa proporsi pada penderita diabetes melitus tipe 2
dengan sebab obesitas lebih banyak (62,5%) dibandingkan dengan yang tidak
obesitas (44,2%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan
kejadian PJK pada penderita diabetes melitus tipe dua yang disebabkan oleh
obesitas. Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa untuk kategori jenis
kelamin, proporsi DM tipe 2 dengan resiko PJK lebih banyak adalah pada laki-
laki (67,9%) dibandingkan perempuan (33,7%). Pada dasarnya, laki-laki dua kali
lebih beresiko dibandingkan perempuan dan terjadi hampir 10 tahun lebih awal
dibandingkan perempuan. Hal ini karena perempuan memiliki hormone estrogen
endogen yang bersifat protektif pada wanita. Namun, pada saat monopouse peluang
terjadinya PJK pada wanita lebih besar dibandingkan laki-laki.
Alasan obesitas
dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena terkait dengan sindrom
metabolik yang terdiri dari sindron resistansi insulin, dislipidemia, diabetes
melitus, gangguan fibrinolisi, hipertensi, hiperurisemia, dan hiperfibrogenia. Selain itu, obesitas
juga dipengaruhi oleh tekanan darah, kadar kolesterol darah, dan juga penyakit
diabetes melitus.
Pada dasarnya kolesterol terbagi menjadi dua jenis,
yaitu HDL (kolesterol baik) dan LDL (kolesterol jahat). HDL berfungsi membawa
LDL dari arteri dan kembali ke hati dan juga berfungsi melindungi tubuh dari
serangan jantung. Kadar normalnya adalah 40 mg/dL dan tidak boleh melebihi 60
mg/dL (Anonim, 2013). Dalam tubuh, HDL harus ditingkatkan supaya tubuh
terlindungi dari penyakit jantung terutama untuk penderita obesitas karena
penderita obesitas biasnya memiliki kadar HDL rendah. Apabila kadar HDL rendah
maka dapat menyebabkan penyempian dan pengerasan pembuluh darah (Patient
Edication, 2008). Sehingga apabila kadar HDL dalam tubuh rendah, itu berarti
resiko terkena penyakit kardiovaskular semakin besar, seperti penyakit jantung
coroner, stroke, dls.
Untuk mengukur rendah tidaknya kadar HDL seseorang,
kita bisa menggunakan pengukuran lingkar perut. Ukuran lingkar perut dapat
menunjukkan jumlah lemak dalam tubuh. Tubuh yang mempunyai kelebihan lemak
menjadi salah satu factor yang berhubungan dengan mortalitas premature,
diabetes tipe dua, dan penyakit kardiovaskular. Penderita obesitas biasanya memiliki
ukuran lingkat perut yang lebih besar dibandingkan orang normal karena
mempunyai lemak yang berlebih dalam tubuhnya.
Bagaimana
Hubungan Antara Lingkar Perut Dengan Kadar HDL?
HDL dibentuk di dalam eritrosit yang menyintesis
apoA-I dan hepatosit yang menyintesis apoA-I dan apoA-II . apoA-I dan apoA-II
disekresikan dalam bentuk yang kekurangan lipid dan kemudian mengambil tambahan
posfolipid kolesterol bebas melalui jalur ABCA1 membentuk HDL muda. HDL muda
membutuhkan lebih banyak lipid dari jaringan perifer dan membentuk lipoprotein
dan LCAT menghasilkan ester kolesterol membentuk HDL matang. Lalu HDL tersebut
akan membawa LDL ke hati untuk dieliminasi.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rabiul
Priyantono, dkk terhadap 42 sampel di Pontianak menunjukkan bahwa kadar HDL
berbanding terbalik dengan lingkar perut. Kadar HDL normal adalah 40 mg/dL dan
tidak boleh melebihi 60 mg/dL. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil sebanyak
22 orang memiliki lingkar perut beresiko ≥ 90 cm (52,4%) dengan 13 orang
memiliki kadar HDL rendah (32,27 mg/dL). Sedangkan, 20 orang memiliki lingkar
perut tidak beresiko < 90 cm (47,6%)
dengan rata-rata lingkar perut 42,35 mg/dL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin besar ukuran lingkar perut maka semakin beresiko mempunyai kadar HDL
yang rendah. Ukuran lingkar perut yang besar menunjukkan banyaknya lemak yang
ada pada tubuh dan itu biasanya pada penderita obesitas dan diabetes melitus
tipe dua. Kadar HDL yang rendah ini menyebabkan dinding pembuluh koroner
menebal, penyempitan dan pengerasan pembuluh darah sehingga terjadilah penyakit
kardiovaskular seperti penyakit jantung coroner (PJK) dan stroke.
Referensi :
Anonim.
(2013). HDL Kolesterol. Retrivied
from: http://revolsirait.com/hdl-kolesterol/ [Accessed on September, 09 2014]
Hariadi,
dan Arsad Rahim Ali. (2005). Jurnal:
Hubungan Obesitas Dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Di
Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005.
Pangkalan
Ide. (2010). Agar Jantung Sehat.
Jakarta: Gramedia.
Patient
Education. (2008). Mengenal Kolestrol dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan. Retrivied from:
http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news_print.asp?IDNews=1030 [Accessed
on September, 09 2014]
Priantono,
Rabiul dkk. (2013). Jurnal: Hubungan Antara
Lingkar Perut dan Kadar High Density Lipoprotein (HDL) Menggunakan Metode
Presipitasi Pada Pegawai Pria Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Di Kota
Pontianak Tahun 2013. Retrivied from: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111629&val=2307 [Accessed on
September 09, 09 2014]
Riskesdas.
(2007). Riskesdas Laporan Nasional.
Retrivied from: https://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf
[Accessed on September, 08 2014]
Yuliani,
Fadma dkk. (2014). Jurnal Kesehatan
Andalas: Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Dua. Retrivied from: http://www.academia.edu/6883934/Hubungan_Berbagai_Faktor_Risiko_Terhadap_Kejadian_Penyakit_Jantung_Koroner_Pada_Penderita_Diabetes_Melitus_Tipe_2 [Accessed on
September, 08 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar