Jumat, 30 September 2016

Makna Dibalik Festival Dong Zhi (Winter Solstice)

- Sejarah dan Budaya Makanan-

<EM>Dongzhi</EM> festival celebrated in Fuzhou
Pembuatan tangyuan atau onde pada festival Dong Zhi
Sumber:http://fuzhou.chinadaily.com.cn/e/2014-12/23/content_19151747.htm
        Hallo readers! Pernah makan onde-onde? Admin yakin, onde-onde yang kalian pernah makan adalah onde-onde wijen yang ada bintik-bintik wijennya itu lho... Ya kan? Nah ternyata, selain onde-onde wijen ada juga onde-onde khas Tionghoa atau tang yuan yang punya ciri sangat unik, dari tampilan, warna, rasa, dan cara makannya. Onde/ tangyuan ini punya makna tersendiri lho readers! Ternyata onde/ tangyuan juga dibuat pada hari khusus yaitu pada festival Dong Zhi. Nah, sebenarnya apa sih festival Dong Zhi itu sendiri??!!! Yuk kita simak ulasan berikut, selamat membaca!!

      Onde-onde atau ronde atau tangyuan merupakan salah satu makanan khas warga Tionghoa. Tangyuan terbuat dari tepung ketan yang diberi pewarna makanan, umumnya adalah warna merah, hijau, dan putih (warna asli tepung). Tangyuan ini dimakan dengan kuah gula yang dimasak dengan daun pandan. Umumnya kuah gula yang disajikan adalah berwarna cokelat (menggunakan gula merah), namun sebagian orang juga konsumsi tangyuan dengan kuah gula berwarna bening.
   
      Tradisi makan tangyuan ini biasanya dilakukan pada hari tertentu, yaitu pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya kecuali pada tahun kabisat, pada tanggal 23 Desember (Kusno, 2013). Pada tanggal tersebut, terjadi perayaan tradisional masyarakat tionghoa yang dinamakan "Perayaan Dong Zhi" yang berarti tibanya musim dingin. Perayaan Dong Zhi juga merupakan perayaan yang mengingatkan masyarakat Tionghoa bahwa manusia telah bertambah usia satu tahun dan memohon berkat rezeki dan keselamatan. Pada tangGal 22 Desember, puncak musim dingin mencapai puncaknya (winter solstice), yaitu cuaca dingin mencapai batas maksimal. Oleh karena itu, untuk menghangatkan tubuh maka dibuatkan tangyuan pada perayaan Dong Zhi.

       Rongguang Zhao (2015) juga menjelaskan bahwa festival Dong Zhi merupakan festival musim dingin atau tahun baru minor. Pada hari tersebut, musim dingin mencapai puncaknya, dan hari tersebut merupakan hari terpendek dan malam terpanjang di belahan bumi bagian utara. Terjadinya peristiwa tersebut menandakan tibanya musim dingin.  Sebenarnya, pada zaman Dinasti Zhou setiap bulan kesebelas dianggap sebagai tahun baru dan diperingati dengan memberikan persembahan dan ritual. Kemudian pada zaman Dinasti Qin, perayaan tersebut dilanjutkan pada puncak musim dingin, lalu orang-orang menyebutnya tahun baru Dong Zhi (Dong Zhi New Year) atau tahun baru minor (The Minor New Year). Setelah itu perayaan Dong Zhi secara resmi digelar. Baik di belahan bumi bagian utara maupun selatan, orang-orang menyelenggarakan sebuah ritual yang menghormati ayah dan ibu. Selain itu, pada perayaan tersebut mereka juga memakan bubur kacang merah untuk menangkal penyakit. Selama zaman dinasti Tang dan Song, puncak musim dingin diperingati sebagai suatu hal yang sama pentingnya seperti perayaan pada tahun baru.

        Makanan yang disajikan pada perayaan Dong Zhi adalah makanan yang mempunyai rasa musim dingin yang spesifik. Di belahan utara, orang-orang menyukai acar sayuran untuk memperingati festival musim semi dan bulan setelah tahun baru. Sedangkan di belahan selatan, terdapat tradisi pengasinan ikan di puncak musim dingin. Puncak dingin tersebut ditandai dengan mulainya waktu paling dingin sepanjang tahun.

      Berbeda halnya dengan pernyataan Rongguang Zhao, menurut Goh Pei Ki (2004) dalam bukunya yang berjudul "Origins of Chinese Festivals", beliau berpendapat bahwa umumnya orang berpikir bahwa Dong Zhi berarti datangnya musim dingin. Padahal, arti Dong Zhi adalah hari dimana setelah hari tersebut sinar matahari akan menurun. Di bumi belahan utara, Dong Zhi merupakan hari terpendek,sedangkan di belahan bumi selatan merupakan sebaliknya.

       Selama tahun baru, semua orang akan melakukan kunjungan. Di zaman dahulu, selama perayaan Dong Zhi, orang-orang juga melakukan kunjungan. Beberapa orang akan menawarkan dupa (sejenis kemenyan) pada saat fajar dan beberapa bisnis akan istirahat pada hari itu. Orang-orang akan berpesta dan suasananya seperti tahun baru. Di Cina, karena awal musim dingin sangat dingin, dan ilmu medis belum maju, sehingga pada saat itu di banyak orang-orang yang kedingingan membeku hingga meninggal. Sebagai hasilnya, pada hari tersebut orang-orang akan berkumpul bersama untuk makan tang yuan (bola tepung ketan). Yuan berkaitan dengan kata tuan (reuni) dan yuan (lengkap). Oleh karena itu, tang yuan merupakan simbolis kesatuan keluarga dan harmoni.

          

Referensi:
Kusno, G. 2013. 22 Desember Hari Onde Di Sini, Hari Onde Di China. Diakses dari http://www.kompasiana.com/gustaafkusno/22-desember-hari-ibu-di-sini-hari-onde-di-china_552e2c9e6ea834b2158b45a3 pada tanggal 29 September 2016. 

Pei Ki, Goh. 2004. Origins of Chinese Festival. Singapore: Asiapac Books. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=WlUEDQAAQBAJ&pg=PA151&dq=festival+dong+zhi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiT5I2q4cLPAhXHqI8KHWfBC1wQ6AEIMjAB#v=onepage&q=festival%20dong%20zhi&f=false pada tanggal 4 Oktober 2016. 

Zhao, Rongguang. 2015. A History of Food Culture In China. New York: SCPG Publishing. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=nn3FCwAAQBAJ&pg=PA14&dq=festival+dong+zhi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiT5I2q4cLPAhXHqI8KHWfBC1wQ6AEIKDAA#v=onepage&q=festival%20dong%20zhi&f=false pada tanggal 4 Oktober 2016. 

Minggu, 25 September 2016

Asal Usul Tempe, Makanan Khas Indonesia


Sejarah dan Budaya Tempe (The Story About Tempeh)

- Budaya Makanan -

Hasil gambar untuk tempe
Tempe Mentah Khas Indonesia
Sumber: http://lifestyle.sindonews.com/

Hallo readers! kali ini admin akan bahas mengenai asal usul tempe. Yap benar, tempe yang umumnya terbuat dari kacang kedelai ini punya segudang cerita lho!. Sekarang tempe sudah banyak dikemas dengan plastik ya dibandingkan daun. Tapi rasanya gak kalah enak ko readers!. Makanan khas Indonesia ini juga punya banyak nutrisi yang menyehatkan, tapi gak bikin kantong kamu kering! Duh daripada admin banyak ngomong pendahuluan gak jelas, mending kita simak ulasan berikut! Selamat membaca sahabat blogger.

Tempe merupakan salah satu makanan khas asli Indonesia. Makanan ini terbuat dari bahan dasar kacang kedelai yang difermentasi menggunakan ragi yaitu Rhyzopus sp. Tempe dapat diolah langsung sebagai lauk untuk makan, maupun diolah menjadi makanan lainnya seperti nugget. Tingginya kandungan protein dalam tempe, menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk mengkonsumsi tempe, dan juga karena harganya yang terjangkau. Namun, tahukah kalian bagaimana sejarah dan asal muasal tempe itu ada di Indonesia?? Selain mengenal dan melestarikan makanan tradisional khas Indonesia, kita juga harus tahu sejarah dan budaya yang terdapat di dalamnya.

Menurut SNI 3144:2009, tempe kedelai merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan, dan berbau khas tempe. Menurut Serat Centini pada Bab 3 dan Bab 12, dengan seting Jawa pada abad ke 16 telah ditemukan kata “tempe”. Misalnya pada penyebutan hidangan jae santen tempe (sejenis makanan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Menurut catatan sejarah lainnya juga menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, yang berasal dari masyarkat pedesaan tradisional Jawa, mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke 16.

Kata “tempe” juga diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih yang terbuat dari tepung sagu yang mirip tumpi. Tempe segar yang berwarna putih juga terlihat memiliki kesamaan dengan tumpi tersebut. Sumber lain mengatakan bahwa tempe dibuat pada era “tanam paksa” di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpakasa menggunakan hasil pekarangan sebagai sumber pangan, seperti singkong, ubi, dan kedelai. Pendapat lain juga mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang Tionghoa yang memperkenalkan makanan sejenis koji kedelai yang difermentasi menggunakan kapang Aspergillus. Kemudian, pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh tanah air (Syarief dkk, 1999).

Pada umumnya, tempe dibungkus menggunakan daun pisang. Namun, pada akhir 1960 dan awal 1970 terjadi perubahan dalam pembuatan tempe di Indonesia, yaitu plastik mulai digunakan sebagai pembungkus tempe menggantikan daun pisang. Ragi berbasis tepung mulai diproduksi tahun 1976 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan banyak digunakan oleh Koperasi Produsen Tempe Tahu (Kopti), dan mulai menggantikan laru (bubuk ragi) tradisional, dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Pada tahun 1980, produksi tempe meningkat dan industrinya mulai dimodernisasi (Astuti, 1999).


Referensi:
Astuti, M. (1999) History of the Development of Tempe. Di dalam Agranoff, J (editor dan penerjemah), The Complete Handbook of Tempe: The Unique Fermented Soyfood of Indonesia, hlm. 2–13. Singapura: The American Soybean Association.
Syarief, R.; dkk. (1999). Wacana Tempe Indonesia. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala, hal. 2. ISBN 979-8142-16-0.